Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street kembali ditutup kompak di zona merah pada perdagangan hari terakhir 2023 pada Jumat (30/12/2023), namun secara kinerja keseluruhan saham AS masih di zona positif.
Dow Jones ditutup terkoreksi 0,05% di posisi 37.689,54, sementara S&P 500 turun 0,28% di posisi 4.769,83, begitu juga dengan Nasdaq melemah 0,56% di posisi 15.001,35.
Di sisi lain, kinerja S&P 500 telah mampu menguat selama sembilan pekan berturut-turut untuk mengakhiri tahun ini, dengan mencatatkan rekor penguatan beruntun terbaiknya sejak 2004. Saham Big Tech menjadi penopang Nasdaq Composite ke tahun terbaiknya sejak 2020 karena antusiasme pasar pada kecerdasan buatan (AI).
S&P 500 berakhir pada tahun 2023 tidak jauh dari titik tertinggi baru sepanjang masa. S&P 500 berada di atas 9 poin, atau kurang dari 0,2%, dari rekor penutupan 4,796.56 yang dicapai pada Januari 2022. Nasdaq Composite naik 43,4% untuk tahun terbaiknya sejak 2020.
Sentimen positif Wall Street beberapa pekan terakhir berasal dari sinyal The Fed/Federal Reserve bahwa kemungkinan akan dilakukan kenaikan suku bunga, dan bahkan dapat menurunkan suku bunga beberapa kali pada tahun depan, imbal hasil Treasury 10-tahun turun dari di atas 5% pada akhir Oktober menjadi kurang dari 3,9% pada hari Jumat.
Ketika tingkat suku bunga turun dan data tenaga kerja tetap kuat, para investor di akhir tahun semakin yakin akan kemungkinan terjadinya “soft landing” di mana perekonomian AS dapat menghindari resesi.
Akibatnya, reli pasar meluas pada kuartal keempat, dengan Dow yang merupakan sektor padat industri mencapai rekor tertinggi pada bulan Desember. Russell 2000 berkapitalisasi kecil naik lebih dari 12% pada bulan Desember dan meraih bulan terbaiknya sejak November 2020. Ini juga mencatat kuartal terbaiknya sejak kuartal keempat tahun 2020.
Wall Street juga akan mewaspadai karena semakin banyak pembicara The Fed yang mempertimbangkan prospek penurunan suku bunga menjelang pertemuan bulan Januari, kata Mahajan, yang dapat menyebabkan beberapa volatilitas awal di tahun baru.
“Risiko yang dihadapi The Fed adalah mereka akan menunggu terlalu lama atau bergerak terlalu cepat,” kata Tengler. “Jika mereka melakukan pemotongan terlalu cepat, dan kita melihat inflasi meningkat kembali, itu akan menjadi berita buruk bagi semua orang.”
“Momentum tetap menguntungkan menjelang akhir tahun,” kata Mona Mahajan, ahli strategi investasi senior di Edward Jones. “Ini merupakan perjalanan yang sangat fenomenal.” https://tipatkaiganteng.com/